Pages

Senin, 28 Oktober 2013

Pendekar Pedang Yang Inspiratif

Musashi, si Pedang Kayu
Miyamoto Musashi, merupakan takoh cerita dalam cerita rakyat Jepang.Ia hidup sekiatar abad 17 pada masa permulaan kekuasaan Shogunat Tokugawa. Musashi merupakan laki-laki yang memberikan banyak arti bagi orang-orang Jepang. Bahkan salah satu dari dua kapal perang kekaisaran Jepang
saat PD II dinamakan sesuai dengan namanya.

Dia bukanlah seorang negarawan, keturunan bangsawan, maupun jendral kenamaan. Dia hanyalah seorang pendekar pedang yang kemudian menjadi seorang seniman. Sebagai seorang pedekar pedang, dia juga tidak memiliki tuan (damyo) sebagai tempat mengabdi. Sebagian besar hidupnya di habiskan sebagai samurai pengembara (shugyosha) yang menjelajahi seantero Jepang dan tetap bebas merdeka dengan menjadi samurai tak bertuan (rounin).

Akan tetapi di bukanlah pedekar pedang kebanyakan yang mengalami kekalahan dan kemenangan. Bahkan selama 30 tahun dia telah melakukan sekitar 60 pertarungan dan tak sekalipun mengalami kekalahan. Kemenangan pertamanya saat melawan pedekar yang lebih tua darinya saat umurnya 13 tahun. Ini sangat mengejutkan mengingat ia tidak punya guru formal yang mengajarinya bermain pedang. Padahal lawannya berasal dari perguruan yang besar.

Duel yang paling terkenal adalah duel saat melawan Sasaki Kojiro di pulau Funa. Pada saat itu Sasaki Kojiro mendapat reputasi sebagai pendekar pedang yang tak terkalahkan di daerah provinsi barat Jepang. Kojiro menggunakan pedang panjangnya yang terkenal bernama Galah Pengering, sedangkan Musashi menggunakan pedangnya yang terbuat dari kayu yang dikirnya daari sebatang dayung sebagaimana yang digunakan dlm pertarungannya sebelumnya. Pertarungan akhirnya diakhiri dengan tewasnya Sasaki Kojiro.

Setelah pertarungan itu akhirnya Musashi mulai lebih sedikit bertarung, apa lagi sampai membawa kematian bagi lawannya. Dia lebih terfokus untuk mendalami dunia Seni. Dia masa tuanya ia lebih dikenal sebaagai seniman dengan banyak kebisaan seperti melukis dengan tinta India, Kaligrafi, hingga membuat patung. Lagi-lagi kemampuannya bermain pedang, dan keahlian seninya pun di peroleh tanpa guru.

Di akhir hidupnya, Musashi menulis buku yang kemudian menjadi masterpiece-nya. Buku ini berupa kitab yang diberi judul Kitab Lima Lingkaran yang tetap terkenal hingga sekarang. Buku ini berisi tetang jalan pedang dan pemikiran tentang filosofi hidupnya. Kitab ini disebut lima lingkaran karena membagi bukunya ke dalam Bab Tanah, Api, Air, Angin, dan Kehampaan.
Melihat sepintas tentang hidupnya, barangkali inilah yg membuat Musashi berbepengaruh sangat besar di Jepang. Menilik dari asal usul, Musashi bukanlah keturunan klan terkenal. Padahal pada saat zaman feodal, klan bisa berarti segalanya. Kemandirian dan kemerdekaanya juga membuat banyak orang kagum.Tak pernah ia memiliki guru ataupun tuan sebagaimana umumnya samurai pada saat itu.

Ringkasan dari cerita Musashi yang mencapai puncak karena selfmade,tanpa koneksi atau keturunan. Dan, pencapaian itu di bayar dengan tekad baja, kemandirian, kerja keras, disiplin, integritas, dan ketekunan yang tiada tara.
Ini mengigatkan kita bahwa untuk mencapai kesuksesan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dan, nilai-nilai inilah yang dia anut kuat oleh orang Jepang. Melihat kehidupan Musashi membuat mereka sekan melihat dirinya sendiri. Serta kesuksesan diraih bukan karena keturunan yang elit, akan tetapi kesuksesan harus diraih dengan tekad baja, kemandirian, kerja keras, disiplin, integritas, dan ketekunan.

                                      ( Sumber:Syahril Hernendi"Mimpi Kosong Mimpi Isi)